GAMPONG DOY MELAKUKAN PEUSIJUK JAMAAH HAJI TAHUN 2019

Banda Aceh, 15 Juli 2019

Gampong Doy Melakukan Peusijuk Jamaah Haji Sebanyak 27 orang yang bertempatan di Mesjid Sabilil Jannah, Gampong Doy Kec. Ulee Kareng Kota Banda Aceh, Peusijuk dilakukan oleh anggota tuha peut gampong doy dan imum mukim ulee kareng.

Bagi muslim, menunaikan ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima.  Tetapi rukun yang ke lima ini hanya diperuntukkan kepada yang mampu terutama yang mampu secara finasial.

Mampu secara finansial  bukan hanya mampu membayar ongkos naik haji semata. Tetapi dapat mencukupi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Bila tidak bisa dipenuhi maka tidak wajib menunaikan ibadah haji. Jadi, tidak semua muslim mampu  menunaikan ibadah.

Saat ini juga ada kendala kuota, kendatipun mampu namun setelah lunas membayar ongkos harus menunggu hampir 17 tahun. Ketika kesempatan itu ada dapat dirasakan sebagai sebuah kesempatan yang sangat terhormat.

Orang Aceh memandang orang-orang yang berkesempatan naik haji itu adalah orang yang terhormat. Karena mereka mampu memenuhi Panggilan Ilahi ke Tanah Suci dan mampu menyempurnakan Rukun Islam yang ke lima.

Salah satu cara yang dilakukan orang Aceh dalam rangka menghormati orang yang menunaikan ibadah haji adalah dengan cara Peusijuek.  Acara peusijuek bukan hanya dilakukan saat mau berangkat ke tanah suci tetapi juga saat  pulang seusai menunaikan ibadah haji.

Adat Peusijuek sebenarnya sudah menjadi tradisi sakral dalam masyarakat Aceh. Setiap sesuatu peristiwa tertentu terjadi di Aceh pasti peusijuek menjadi salah satu solusinya. Misalnya, ada orang yang berkelahi dapat didamaikan melalui adat peusijuek tanpa harus berurusan dengan yang berwajib. Terkadang, permulaan anak-anak mengaji juga dilakukan adat peusijuek. Punya rumah baru atau kenderaan baru, sebelum dipakai dilakukan adat peusijuek.

Biasanya adat Peusijuek dilakukan oleh orang-orang tua atau orang yang dituakan. Bila di kampung peusijuek itu dilakukan oleh Imam Mesjid, Geushiek (kepala desa), Ketua Adat dan orang-orang yang terhormat lainnya.

 

Bahan-bahan yang digunakan untuk adat pesijuek itu biasanya  bulukat (nasi ketan), campuran breuh padee (beras padi), larutan tepung tawar,  ukheu dan naleueng sambo (sejenis rumputan), on sineujuek (daun cocor bebek). Semua bahan itu di satukan dalam talam yang ditutup dengan tudung saji.

Tentu bahan-bahan itu hanya isyarat saja, misalnya bulukat memiliki sifat perekat dalam hati orang-orang yang dipeusijeuek berbagai nasehat dan ajaran yang diridhai Allah SWT, tepung tawar (kanji) yang berwarna putih sebagai berlambang bersih putih dan tanpa ada rasa dengki, khianat serta sakit hati. Ukheu dan naleueng samboakarnya berlambang kekokohan yang sulit dicabut dalam beragama, on sineujeuk sebagai penawar dan memberi kesejukan dalam berbagai hal sebagai sebuah rahmat.

Prosesi peusijuek dilakukan dengan cara, orang yang dipeusijuek duduk di depan orang peusijeuek. Pertama, orang peusijuek mengambil breuh pade (beras padi) sedikit lalu di-sipruek (artinya: menebar/menabur/melempar) beras padi keatas orang-orang (bila orangnya ramai) yang dipeusijeuek. Kemudian mengabil on naleueng sambo (akar rumput) yang sudah dibungkus on sineujuek dicelupkan kedalam larutan tepung tawar dan ditaruhkan (diteteskan) di kaki dan tangan orang yang dipeusijuek. Dalam hal ini orang yang dipeusijeuek duduk dimana tangan disatukan dengan ujung kaki. Habis itu, orang peusijeuek mengambil bulukat (nasi ketan) sedikit dan diberikan kepada orang yang dipeusijeuk untuk dimakan dan sebagian ada juga yang menyunting (ditaruh) ditelinga. Kemudian ditutup dengan doa.

Menurut orang-orang tua atau pemangku adat, peusijuek sebenarnya memiliki filosofi sesuai dengan kata peusijuek.  Peusijuek adalah kata kerja. Asal katanya sijuek yang bermakna dingin. Sehingga diartikan mendinginkan. Peusijuek dapat diartikan mendinginkan suasana yang panas. Mendinginkan hati sehingga merasa lega dan hilang rasa benci, dengki, iri dan sakit hati.

Bisa juga sebagai memuliakan, sehingga yang dipeusijuek   merasa dimuliakan dan membuat hatinya senang. Harapannya adalah memperoleh keberkahan, keselamatan, kesejahteraan kepada orang yang dipeusijuek.

Namun, menurut interprestasi saya pribadi, ritual peusijuek itu hanya sekedar menghormati atau memuliakan saja. Hanya karena kebiasaan  yang dilakukan secara turun temurun. Tidak lebih dari itu. Karena tidak melakukan itu juga tidak apa-apa dan tidak ada akibat-akibat tertentu yang ditimbulkan.

 

Peusijuek Jamaah Haji

Peusijuek Jamaah Haji yang dilakukan oleh masyarakat Aceh ada yang memulai satu bulan menjelang keberangkatan yaitu mulai bulan Zulkaedah (bulan hijriah). Namun kebanyakan 2 minggu keberangkatan. Jadi pada masa itu, acara yang sangat padat adalah acara peusijuek Jamaah haji.  Semua daerah pasti ada acara peusijuek jamaah haji. Sehingga dapat disebut sebagai musim peusijuek Jamaah Haji.

Namun demikian, sebenarnya musim Peusijuek Jamaah Haji di Aceh bukan hanya pada saat keberangkatan saja. Pada saat para jamaah pulang kira-kira dimulai minggu terakhir zulhijjah acara peusijuek sudah kembali marak. Biasanya, waktu pulang dilakukan oleh orang perorang atau ahli famili yang datang menjenguk mereka yang sudah pulang haji.

Pada saat mau berangkat, bila dalam satu kampung ada beberapa orang yang akan naik haji, bisasnya mereka yang naik haji dikumpulkan dalam di Mesjid atau di Meunasah (mushalla/surau). Orang-orang kampung datang ke tempat tersebut untuk menyaksikan prosesi peusijuek.

Kebanyakan saat ini dilakukan acara syukuran atau kenduri oleh orang yang akan menunai ibadah haji. Mereka mengundang ahli family, kerabat, orang kampung untuk datang ke kenduri-nya. Sekaligus pada saat itu saling maaf memaafkan. Mohon izin dan minta didoakan agar yang bersangkutan dapat menunaikan haji dengan sempurna sehingga memperoleh haji mabrur.  Pada saat acara kenduri itu, terkadang ada acara peusijuek yang dilakukan oleh kerabat dekat atau ahli family.

Peusijuek jamaah haji juga diadakan dikantor-kantor tempat bila ada karyawannya yang naik haji. Baik kantor pemerintahan maupun swasta atau di kantor organisasi-oragnisasi kemasyarakatan.

Terkadang, karena banyak relasi, seorang yang akan menunaikan haji bisa di-peusijuek beberapa kali. Misal seorang guru yang akan ber-haji. Pertama di-peusijuek di sekolah, kemudian diundang di kantor diknas setempat dan bahkan diundang oleh PGRI atau organisasi LSM lainnya. Terkadang baru berakhir saat akan mau berangkat.

Begitu pula ketika mereka pulang setelah menunaikan ibadah haji. Hampir tiap malam  dan tiap hari ada saja kerabat-kerabat datang untuk peusijuek. Bahkan terkadang sampai satu bulan setelah itu masih ada yang datang untuk peusijuek.

Perbedaannya, bila datang ke rumah orang yang baru pulang menunaikan ibadah haji (pasti) akan mendapat oleh-oleh. Paling kurang minuman wajib orang pulang dari Haji yaitu air zamzam. Bisa jadi kurma, tempat sholat, tasbih atau oleh-oleh lainnya. Tergantung waktu datang. Bila awal-awal sampai mungkin oleh-olehnya lebih bagus dibandingkan dengan yang datang belakangan.

Tetapi, oleh-oleh yang paling dinantikan adalah cerita-cerita para jamaah haji selama mereka berada di tanah suci. Bagaimana cara proses melakukan rukun-rukun haji. Bagaimana suasana kota Mekkah dan Madinah. Bagaimana cara melempar jumrah. Serta cerita-cerita tempat-tempat bersejarah yang pernah mereka kunjungi selama di Arab Saudi.

Secara filosofi, peusijuek saat mau berangkat lebih untuk didoakan dan saling maaf memafakan agar haji mabrur. Ketika pulang lebih dimaknai sebagai ucapan selamat karena sudah melaksanakan atau menunaikan rukun Islam yang kelima.

Semoga mereka yang akan menunaikan ibadah haji tahun ini mampu melaksanakannya dengan sempurna sesuai yang disyariatkan. Semoga semua menjadi Haji Mabrur, Amin.